Kamis, 07 Maret 2013

Mengapa Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menerjemahkan “YAHWE” dengan “TUHAN “?


Dalam Alkitab Ibrani hanya ada: tetragram, “empat huruf”, yaitu: YHWH, dan tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana kata itu diucapkan dan apa huruf hidupnya. Orang Yahudi sendiri dahulu tidak menyebut nama ini karena hormat (bandingkan: titah ketiga).
Setiap kali menemukan kata “YHWH”, mereka menyebutnya dengan “adonay”(=”Tuhan-ku”) atau kadang-kadang “elohim”(=”Allah”) dan “haShem”(Nama itu). Jadi, “YHWH” TIDAK PERNAH DIUCAPKAN ATAU DIBACA. Berusaha mengucapkan atau membaca YHWH adalah tanda ketidakhormatan pada Yang Ilahi, tanda tidak adanya “takut akan TUHAN”, tanda “kekafiran”.
Kalau orang Kristen mengucapkan “YHWH” sebagai “YAHWEH”, mereka harus sadar bahwa pengucapan itu (tetragram dengan tambahan vocal a dan e) adalah salah satu dugaan belaka, hasil rekonstruksi para ahli berdasarkan teks-teks Yunani kuno dan bahasa Amorit yang dikaitkan dengan kata haway/hayah (Kel 3:14). Tetapi, betapa pun meyakinkan teori ini, haruslah disadari bahwa ini hanyalah salah satu rekonstruksi dan penjelasan teoretis. Kalau seseorang bisa membaca teks Ibrani, dia akan sadar bahwa Alkitab Ibrani TIDAK PERNAH menulis kata YAHWEH (YHWH dengan vocal a dan e).
LAI umumnya tidak menerjamahkan “YHWH” dengan “Allah” atau “ALLAH” (dengan huruf besar), kecuali di beberapa tempat. LAI hampir selalu menerjemahkan “YHWH” dengan “TUHAN”. Ada beberapa kasus kecil di mana kata Ibrani mengkombinasikan “adonai” dengan “YHWH”. Dalam kasus-kasus tersebut, LAI menerjemahkan keduanya dengan “Tuhan ALLAH (2 Sam 7:19 dan Yes 5:3), sebab konsep “Tuhan” sudah dikandung dalam kata “Adonai”. Dalam kebijakan umum penerjemahan ini, LAI sebenarnya dengan setia meneruskan tradisi Yahudi dan Kristen perdana. Mengapa? Karena LXX(septuaginta, terjemahan Yunani atas Alkitab Ibrani bagi umat Yahudi diaspora) menerjemahkan YHWH dengan “Kyrios” yang berarti TUHAN. Para penulis PB selalu mengikuti LXX dan menerjemahkan “YHWH” dengan “Kyrios”(TUHAN) kalau mengutip PL, kadang-kadang PB memakai kata “Theos”. Jadi jika para penulis PB sendiri, generasi Kristen perdana, sudah berusaha menerjemahkan kata “YHWH” ke dalam bahasa mereka (Yunani) mengapa ada generasi Kristen abad ke 21, menolak terjemahan LAI yang “setia” pada tradisi Yahudi dan Kristen perdana?mengapa mereka mau menyebutnya dan membela nama YHWH, padahal umat Yahudi sendiri tidak menyebutnya dan mereka sendiri sudahsejak awal mau “menggantikannya” dengan sebutan lain, yaitu :” adonay”,”elohim” atau “heShem”, tetapi bukan “Yahwe”.
LAI memakai kata “Allah” untuk menerjemahkan kata Ibrani “Elohim”. Kata Ibrani Elohim berasal dari akar kata EL (Yang Ilahi) yang lebih dominan dalam teks-teks PL, yang lebih “kuno”. Secara tata bahasa, elohim adalah sebuah bentuk plural dan kadang-kadang memang berfungsi untuk menunjuk pada “ilah-ilah”(dewa-dewa,allah-allah), misalnya dalam Keluaran 12:12;18:11. Hal yang khas dalam PL adalah pemakaian bentuk plural elohim justru untuk menunjuk pada Israel yang satu. Bagaimana gejala ini dijelaskan? Sebagian ahli menjelaskan sebagai sebuah “plural majestatis” (plural of majesty). Ahli lain lebih melihat bentuk plural  elohim sebagai sebuah intensifikasi yang mengarah pada absolutisasi: “Allah dari segala Allah”(God of gods) atau Allah Mahatinggi(The Highest God),pokoknya : satu-satunya Allah yang menghadirkan Yang Ilahi secara komperhensif dan absolute. Nah dalam alur pemahaman ini jelas terjemahan LAI yang memakai “Allah” untuk “elohim” dapat dipertanggungjawabkan, sebab secara etimologis, kata “Allah” berasal dari kata Arab “Al” (sang, satu-satunya, The) dan “ilah” (Yang Ilahi, god). Yang mau ditekankan adalah keabsolutan dan keunikan dari Yang Ilahi. Kata “Allah” sendiri bukanlah istilah milik agama Islam saja. Istilah ini sebelumnya justru sudah dipakai orang-orang Kristen Arab jauh sebelum orang-orang muslim menggunakannya, dan ketika mendengar kata “Allah” saat ini orang-orang Kristen pun tidak memahaminya sebagai sembahan kaum muslim. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai YHWH, kami persilakan untuk membaca “Alkitab dan Komunikasi” terbitan LAI dan “Siapakah Yang Bernama Allah Itu?” terbitan BPK Gunung Mulia. Pada umumnya, LAI tetap mempertahankan kata “Allah” karena alasan-alasan berikut ini:

-          “Allah” adalah kata Arab yang sepadan dengan kata-kata Ibrani dalam PL: El, Elohim atau Eloah.
-          Orang-orang Kristen Arab sebelum adanya agama Islam sudah memakai kata “Allah” ini dalam doa-doa mereka, juga teolog-teolog Kristen Arab sudah memakai kata “Allah” dalam tulisan-tulisan mereka. Jadi, penggunaan kata “Allah” oleh orang Kristen di Arab lebih tua dari pemakaiannya dalam agama Islam.
-          “Allah” dipakai dalam semua versi Kitab Suci bahasa Arab dari zaman kuno sampai sekarang ini.
-          Orang-orang Kristen di Aljazair, Mesir, Irak, Yordania, Lebanon, Malaysia, Brunai, dan lain-lain di mana bahasanya mempunyai kontak dengan bahasa Arab, semuanya memakai kata “Allah”.

LAI selalu berupaya agar terjemahannya dapat dipertanggngjawabkan secara ilmiah, sesuai dengan bahasa-bahasa asli Alkitab. Tetapi, LAI tentu tidak berhak mewajibkan terjemahannya untuk menjadi pegangan semua umat atau gereja. Syukurlah, sampai saat ini masih banyak gereja yang mendukung dan memakai terjemahan LAI. Perbedaan visi dan pandangan adalah hal yang wajar, juga menyangkut terjemahan nama-nama Yang Ilahi, asalkan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Sumber : Teks Alkitab berbeda mengapa? (LAI)

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. (Dalam Alkitab Ibrani hanya ada: tetragram, “empat huruf”, yaitu: YHWH, dan tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana kata itu diucapkan dan apa huruf hidupnya.) ---Kalau tidak ada seorangpun tahu kenapa Tuhan suruh Musa menulis kata itu, pasti Tuhan memberi tahu Musa pengucapan NAMANYA.

    Orang Yahudi sendiri dahulu tidak menyebut nama ini karena hormat (bandingkan: titah ketiga). ---- Lalu kepada siapa mereka menyembah, dan siapa nama Tuhan yang disebut Daud dalam mazmur dan pujiannya.

    Setiap kali menemukan kata “YHWH”, mereka menyebutnya dengan “adonay”(=”Tuhan-ku”) atau kadang-kadang “elohim”(=”Allah”) dan “haShem”(Nama itu). Jadi, “YHWH” TIDAK PERNAH DIUCAPKAN ATAU DIBACA. Berusaha mengucapkan atau membaca YHWH adalah tanda ketidakhormatan pada Yang Ilahi, tanda tidak adanya “takut akan TUHAN”, tanda “kekafiran”. ---Bapak tahu dari mana? adakah literatur pendukungnya? Bukankah Tuhan israel sendiri menyuruh untuk menyerukan NamaNya, dan YAHWEH itu adalah sebutanNYA turun temurun (band Keluaran 3 : 15).

    Dalam kebijakan umum penerjemahan ini, LAI sebenarnya dengan setia meneruskan tradisi Yahudi dan Kristen perdana. ----- Mengapa yang dijadikan acuan tradisi bukan perintah Tuhan sendiri untuk memashyurkan NamaNya? Saya yakin Kristen perdana yang saat itu disebut sebagai salah satu sekte agama Yahudi masih menyerukan Nama YAHWEH, mereka tidak akan mau meninggalkan nama itu, mereka yakin YESUS dan YAHWEH adalah satu, YAHWEH adalah YESUS dan YESUS adalah YAHWEH.

    padahal umat Yahudi sendiri tidak menyebutnya dan mereka sendiri sudahsejak awal mau “menggantikannya” dengan sebutan lain, yaitu :” adonay”,”elohim” atau “heShem”, tetapi bukan “Yahwe”. ---- mereka bukan mau menggantikannya tapi merasa tidak layak untuk menyebutNya. Darah YESUS sudah cukup untuk melayakkan kita menghampiri tahtaNya dan menyebut NamaNya sesuapi merintahNya.


    Nah dalam alur pemahaman ini jelas terjemahan LAI yang memakai “Allah” untuk “elohim” dapat dipertanggungjawabkan, sebab secara etimologis, kata “Allah” berasal dari kata Arab “Al” (sang, satu-satunya, The) dan “ilah” (Yang Ilahi, god).------- Elohim tidak sama dengan Allah pak, Elohim itu plural sedang Allah single dan tidak bisa dijamakan, karena allah itu nama. dan jangan paksakan untuk memecah allah menjadi "al" dengan "ilah". Bentuk jamak ilah dalam bahasa arab adalah al ilah dan tidak bisa dilebur menjadi allah, lebih jelasnya tanyakan ke ahli bahasa Arab.

    Oke Pak itu saja dulu Bapa Yahweh memberkati Bapak

    BalasHapus